PDS H.B JASSIN; SURGANYA PENIKMAT SASTRA



Jakarta, 1 April 2019


            Perpustakaan H.B. Jassin terkenal sebagai Pusat Dokumentasi Sastra. Sebagai pusat, H.B. Jassin merupakan satu-satunya perpustakaan di Indonesia yang berhasil menyimpan jejak sejarah sastra. Hal ini didukung oleh pernyataan Pak Agung sebagai ketua pengolahan bahan pustaka. “Perpustakaan HB Jassin ini tidak ada lagi cabangnya, pusat itu dalam arti pusat kesusastraan Indonesia, tidak ada lagi di tempat lain.” Tutur beliau dalam wawancaranya 25 Maret 2019 lalu.

Sebelum berbentuk lembaga, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin awalnya adalah dokumentasi sastra milik H.B. Jassin pribadi yang telah dikumpulkan sejak tahun 1933. Atas prakarsa Ajip Rosidi dan beberapa tokoh lainnya yang difasilitasi oleh Letjen Ali Sadikin (Gubernur KDKJ Jakarta saat itu), dibentuklah Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976, kemudian pada tanggal 30 Mei 1977 Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin diresmikan oleh Letjen Ali Sadikin. Mulai saat itulah, semua dokumen sastra H.B. Jassin yang berada di berbagai tempat disimpan dan dikumpulan pada suatu tempat yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki dan dikelola oleh Yayasan Dokumentasi Sastra H.B Jassin, yang lebih dikenal dengan sebutan nama PDS H.B. Jassin.

Ketika masuk ke dalam perpustakaan HB Jassin, pengunjung akan disambut oleh pak Isnain sebagai penerima tamu yang ramah. Beliau akan menanyakan apa keperluan kita dan kita diwajibkan mengisi buku tamu yang telah disediakan. Selanjutnya, kita akan diantar ke lantai atas. Di lantai atas, terdapat ruang baca, dan ruang koleksi.


Jakarta, 1 April 2019


    
     Koleksi sastra yang 
berhasil dikumpulkan di PDS H.B. Jassin sebanyak 2.257 biografi pengarang, 225 rekaman gambar berupa video, 576.531 artikel berupa kliping, 1.991 judul makalah, 390 judul majalah sastra dan budaya, 140.473 buku non fiksi, 255 judul buku referensi, 827 judul sastra melayu Tionghoa, 200 judul naskah kuno, 1040 skripsi dan disertasi, 875 judul naskah atau buku drama, foto-foto pengarang terkenal, dan ada juga naskah tulisan tangan. Sebagai ketua pengolahan bahan pustaka yang bertugas menyortir bahan pustaka PDS H.B. Jassin selama 29 tahun, Pak Agung mengaku PDS H.B. Jassin dapat mengumpulkan 500 judul buku dalam setahun. Sumbangan tersebut berasal dari donator, pengarangnya langsung, penerbit, bahkan sukarelawan atau peneliti yang mempercayakan H.B. Jassin sebagai pusat dokumentasi sastra.

Meskipun koleksi yang berhasil dikumpulkan terbilang lengkap, Pak Agung mengatakan bahwa masih ada sedikit sejarah perkembangan sastra yang belum terekam di PDS H.B Jassin karena faktor minimnya biaya operasional yayasan saat itu.

Pengunjung yang datang ke HB Jassin tidak sebanyak pengunjung di perpustakaan umum, karena sesuai namanya, HB Jassin merupakan perpustakaan khusus yang hanya menyimpan atau mendokumentasikan karya sastra dari masa lampau hingga sekarang. Pengunjung yang datang sebagian besar berasal dari mahasiswa jurusan bahasa dan sastra, masyrakat umum yang tertarik dengan sastra, pemain teater, bahkan peneliti yang berkunjung untuk meneliti karya-karya sastra. Dalam sebulan peneliti yang datang berkunjung bisa 1-2 orang.

Pak Isnain selaku penerima tamu juga memberikan informasi bahwa jam kunjungan yang paling ramai yaitu di sore hari sekitar pukul 15.00-16.00 WIB, karena di jam tersebut bertepatan dengan jam keluarnya mahasiswa. HB Jassin juga kerap dijadikan tuan rumah untuk berbagai acara yang menunjang kegiatan sastra, seperti acara lomba puisi, acara bedah buku. Hari sabtu kemarin, tepatnya tanggal 30 Maret 2019, HB Jassin menjadi tuan rumah untuk acara berkumpulnya sastrawan Indonesia, Pak Isnain membocorkan bahwa di tanggal tersebut penulis buku hujan di bulan Juni, Eyang Sapardi Djoko Damono akan datang ke acara tersebut.

Umumnya, pengunjung yang datang ke HB Jassin tidak sembarang bisa melihat semua koleksi sastra, terdapat daftar karya HB Jassin sendiri di pojak kanan ruang baca, terpajang rapih di dalam lemari kaca yang bisa dinikmati oleh masyrakat umum. Jika ingin melihat koleksi lebih dalam, baik itu koleksi HB Jassin, chairil anwar, dan koleksi kuno lainnya, pengunjung harus melapor ke staff yang berjaga di ruang baca untuk mendapatkan izin melihat koleksi lainnya. Pak Agung bercerita bahwa pemain teaterlah yang paling sering berkunjung untuk melihat naskah kuno yang ada di PDS H.B. Jassin.

Menurut Pak Agung, letak gedung HB Jassin yang kurang strategis menjadi faktor pengunjung HB Jassin tidak sebanyak pengunjung di perpustakaan lain. Tidak adanya papan penunjuk arah ke gedung HB Jassin, membuat sedikit pengunjung kesulitan mencari lokasi gedung tersebut. Selama ini pengunjung hanya tahu detail letak gedung tersebut dari mulut ke mulut.

Upaya renovasi gedung pun sudah dilakukan. “Bisa dilihat kan di bawah tadi ada meja penerima tamu, dulunya belum ada.” Ungkap beliau ketika ditanyakan perihal renovasi gedung yang sudah pernah dilakukan. Beliau juga menjelaskan bahwa PDS H.B. Jassin akan direnovasi lagi, gedungnya akan dipindahkan tidak lagi menjorok ke belakang. Tepatnya, semua gedung yang berlokasi di area Taman Ismail Marzuki akan direnovasi sesuai dengan program PEMPROV yang telah direncanakan.

Memang, PDS H.B. Jassin yang dulunya merupakan sebuah yayasan, sekarang telah diambil alih oleh PEMPROV. Acara serah terima kelola tersebut dilakukan pada tanggal 24 Januari 2018 dari yayasan PDS H.B. Jassin kepada Pemerintah provinsi DKI Jakarta pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Pengelolaan PDS H.B. Jassin di bawah struktur Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.

            Pak Agung berharap, setelah dipegang oleh PEMPROV PDS H.B. Jassin dapat meningkat lagi kuantitas dan kualitas koleksi yang masuk, sarana dan prasarana juga dapat ditingkatkan sehingga PDS H.B. Jassin dapat lebih dikenal oleh masyrakat umum. Karena sebagai penikmat sastra, memang PDS H.B. Jassin bak tempat senikmat surga yang memberikan kepuasan mata bagi mereka yang haus sejarah. Sebagai masyarakat umum, PDS H.B. Jassin hanyalah tepat yang menampung benda sejarah layaknya.

0 komentar