|
Perpustakaan
H.B. Jassin terkenal sebagai Pusat Dokumentasi Sastra. Sebagai pusat, H.B.
Jassin merupakan satu-satunya perpustakaan di Indonesia yang berhasil menyimpan
jejak sejarah sastra. Hal ini didukung oleh pernyataan Pak Agung sebagai ketua
pengolahan bahan pustaka. “Perpustakaan HB Jassin ini tidak ada lagi cabangnya,
pusat itu dalam arti pusat kesusastraan Indonesia, tidak ada lagi di tempat
lain.” Tutur beliau dalam wawancaranya 25 Maret 2019 lalu.
Sebelum berbentuk lembaga, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin awalnya adalah dokumentasi sastra milik H.B. Jassin pribadi yang telah dikumpulkan sejak tahun 1933. Atas prakarsa Ajip Rosidi dan beberapa tokoh lainnya yang difasilitasi oleh Letjen Ali Sadikin (Gubernur KDKJ Jakarta saat itu), dibentuklah Yayasan Dokumentasi Sastra H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976, kemudian pada tanggal 30 Mei 1977 Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin diresmikan oleh Letjen Ali Sadikin. Mulai saat itulah, semua dokumen sastra H.B. Jassin yang berada di berbagai tempat disimpan dan dikumpulan pada suatu tempat yang berlokasi di Taman Ismail Marzuki dan dikelola oleh Yayasan Dokumentasi Sastra H.B Jassin, yang lebih dikenal dengan sebutan nama PDS H.B. Jassin.
Ketika masuk ke dalam perpustakaan HB Jassin, pengunjung akan disambut oleh pak Isnain sebagai penerima tamu yang ramah. Beliau akan menanyakan apa keperluan kita dan kita diwajibkan mengisi buku tamu yang telah disediakan. Selanjutnya, kita akan diantar ke lantai atas. Di lantai atas, terdapat ruang baca, dan ruang koleksi.
Jakarta, 1 April 2019 |
Koleksi
sastra yang berhasil dikumpulkan di PDS H.B. Jassin sebanyak 2.257 biografi
pengarang, 225 rekaman gambar berupa video, 576.531 artikel berupa kliping,
1.991 judul makalah, 390 judul majalah sastra dan budaya, 140.473 buku non
fiksi, 255 judul buku referensi, 827 judul sastra melayu Tionghoa, 200 judul
naskah kuno, 1040 skripsi dan disertasi, 875 judul naskah atau buku drama,
foto-foto pengarang terkenal, dan ada juga naskah tulisan tangan. Sebagai ketua
pengolahan bahan pustaka yang bertugas menyortir bahan pustaka PDS H.B. Jassin
selama 29 tahun, Pak Agung mengaku PDS H.B. Jassin dapat mengumpulkan 500 judul
buku dalam setahun. Sumbangan tersebut berasal dari donator, pengarangnya
langsung, penerbit, bahkan sukarelawan atau peneliti yang mempercayakan H.B.
Jassin sebagai pusat dokumentasi sastra.
Meskipun
koleksi yang berhasil dikumpulkan terbilang lengkap, Pak Agung mengatakan bahwa
masih ada sedikit sejarah perkembangan sastra yang belum terekam di PDS H.B
Jassin karena faktor minimnya biaya operasional yayasan saat itu.
Pengunjung
yang datang ke HB Jassin tidak sebanyak pengunjung di perpustakaan umum, karena
sesuai namanya, HB Jassin merupakan perpustakaan khusus yang hanya menyimpan
atau mendokumentasikan karya sastra dari masa lampau hingga sekarang.
Pengunjung yang datang sebagian besar berasal dari mahasiswa jurusan bahasa dan
sastra, masyrakat umum yang tertarik dengan sastra, pemain teater, bahkan
peneliti yang berkunjung untuk meneliti karya-karya sastra. Dalam sebulan
peneliti yang datang berkunjung bisa 1-2 orang.
Pak
Isnain selaku penerima tamu juga memberikan informasi bahwa jam kunjungan yang
paling ramai yaitu di sore hari sekitar pukul 15.00-16.00 WIB, karena di jam
tersebut bertepatan dengan jam keluarnya mahasiswa. HB Jassin juga kerap
dijadikan tuan rumah untuk berbagai acara yang menunjang kegiatan sastra,
seperti acara lomba puisi, acara bedah buku. Hari sabtu kemarin, tepatnya
tanggal 30 Maret 2019, HB Jassin menjadi tuan rumah untuk acara berkumpulnya
sastrawan Indonesia, Pak Isnain membocorkan bahwa di tanggal tersebut penulis
buku hujan di bulan Juni, Eyang Sapardi Djoko Damono akan datang ke acara
tersebut.
Umumnya,
pengunjung yang datang ke HB Jassin tidak sembarang bisa melihat semua koleksi
sastra, terdapat daftar karya HB Jassin sendiri di pojak kanan ruang baca,
terpajang rapih di dalam lemari kaca yang bisa dinikmati oleh masyrakat umum.
Jika ingin melihat koleksi lebih dalam, baik itu koleksi HB Jassin, chairil anwar,
dan koleksi kuno lainnya, pengunjung harus melapor ke staff yang berjaga di
ruang baca untuk mendapatkan izin melihat koleksi lainnya. Pak Agung bercerita bahwa
pemain teaterlah yang paling sering berkunjung untuk melihat naskah kuno yang
ada di PDS H.B. Jassin.
Menurut
Pak Agung, letak gedung HB Jassin yang kurang strategis menjadi faktor
pengunjung HB Jassin tidak sebanyak pengunjung di perpustakaan lain. Tidak
adanya papan penunjuk arah ke gedung HB Jassin, membuat sedikit pengunjung
kesulitan mencari lokasi gedung tersebut. Selama ini pengunjung hanya tahu
detail letak gedung tersebut dari mulut ke mulut.
Upaya renovasi gedung pun sudah dilakukan. “Bisa dilihat kan di bawah tadi ada meja penerima tamu, dulunya belum ada.” Ungkap beliau ketika ditanyakan perihal renovasi gedung yang sudah pernah dilakukan. Beliau juga menjelaskan bahwa PDS H.B. Jassin akan direnovasi lagi, gedungnya akan dipindahkan tidak lagi menjorok ke belakang. Tepatnya, semua gedung yang berlokasi di area Taman Ismail Marzuki akan direnovasi sesuai dengan program PEMPROV yang telah direncanakan.
Memang, PDS H.B. Jassin yang dulunya merupakan sebuah yayasan, sekarang telah diambil alih oleh PEMPROV. Acara serah terima kelola tersebut dilakukan pada tanggal 24 Januari 2018 dari yayasan PDS H.B. Jassin kepada Pemerintah provinsi DKI Jakarta pada masa pemerintahan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan. Pengelolaan PDS H.B. Jassin di bawah struktur Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.
0 komentar