Gambar diambil dari google |
Reni, Juliani. Pesan Anti Rasisme dalam Film Dear White People: Universitas Teuku Umar.
Keywords: Message, Anti Rasisme, Film.
Film Dear White People garapan Justrin Simien mempunyai pesan bahwa penindasan, dikriminasi, atau pengucilan terhadap suatu golongan, kaum maupun kelompok baik minoritas maupun mayoritas merupakan bentuk rasisme.
Perjuangan melawan rasisme dengan menindas kelompok mayoritas mempunyai stereotip bahwa kelompok mayoritas selalu menindas kelompok minoritas, hal ini merupakan rasisme bentuk baru. Salah satu penggunaan tanda yang terdapat dalam film Dear White People terlihat saat pesta Halloween, ras kulit putih berpesta dengan kostum ras kulit hitam. Ada yang mewarnai kulitnya menjadi hitam, menggunakan pakaian R&B dan menjadi rapper, menggunakan rambut palsu yang keriting, menggunakan topeng muka Obama, dan poster dengan tulisan Missing Black Culture yang berarti budaya kulit hitam yang hilang.
Dalam Jurnal ini dikatakan bahwa Film Dear White People garapan Justrin Simien ini terlihat jelas tidak memihak kepada suatu ras atau golongan. Film tersebut memaparkan realita yang ada yang terjadi di Amerika. Walaupun ras kulit hitam pernah menjadi orang nomor satu di Amerika, hal ini tidak menjadikan penindasan ras kulit hitam hilang dari Amerika. Dalam filmnya tersebut dapat kita lihat bahwa realitanya penindasan masih ada walaupun beberapa sudah menerima perbedaan mereka, namun tidak bisa dipungkiri bahwa rasisme masih terjadi. kelebihan Jurnal ini adalah, karena Penulis melengkapinya dengan gambar potongan-potongan adegan dalam film yang menguatkan argumen dari penulis dalam jurnal ini.
Daniel, S.A.P. Representasi Rasisme Dalam Film Cadillac Records: Universitas Kristen Petra Surabaya.
Keywords: Representasi, Rasisme, Semiotika, Film
Penelitian dalam jurnal ini memperlihatkan bagaimana rasisme direpresentasikan di dalam film Cadillac Records dengan menggambarkan kaum kulit hitam sebagai barang komoditas secara implisit, kaum kulit putih mendominasi semua aspek kehidupan dan diskriminasi berdasarkan ciri fisik yang ditunjukkan di dalam film ini.
Jurnal ini menunjukkan bagaimana perilaku kaum kulit putih di dalam Film Cadillac Records yang melakukan tindakan diskriminasi dan pembedaan berdasarkan ciri – ciri fisik yang berbeda antara kaum kulit putih dan kaum kulit hitam.
Kaum kulit hitam digambarkan tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri. Kaum kulit putihlah yang mendominasi semua aspek kehidupan. Kaum kulit hitam diperlihatkan sebagai barang yang dapat diperjualbelikan oleh kaum kulit putih. Secara implisit, film ini seakan – akan merepresentasikan bahwa kaum kulit putih sebagai penyelamat para kaum kulit hitam yang akan mementaskan kaum kulit hitam dari kemiskinan yang terjadi pada masa itu.
Namun dibalik itu kaum kulit putih ingin mendapatkan keuntungan dari kaum kulit hitam. Terlebih lagi, mereka menganggap kaum kulit hitam sebatas dagangan atau komoditas untuk meraup keuntungan finansial.
Bagian analisis dan interpretasi dalam jurnal ini ditulis hanya dengan menggunakan 185 kata. Sehingga pembaca kurang dapat memahami secara sistematis proses-proses analisis dan interpretasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini.
Adlina, G. Catur, N. Pemaknaan Rasisme dalam Film (Analisis Resepsi dalam Film Get Out): Universitas Telkom Bandung.
Keywords: Communication; Reception Analysis; Film
Penlitian dalam jurnal ini dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi mengenai pembacaan (resepsi) khalayak tentang pemaknaan rasisme dalam film Get Out bahwa posisi penonton dalam penerimaan mereka tentang makna rasisme dalam film Get Out didominasi oleh posisi oppositional position. Dari ketujuh adegan unit analisis yang diteliti, lima di antaranya berada di oppositional position mutlak dalam satu scene lainnya informan lain berada di posisi dominant position yang dimana dalam setiap adegan menampilkan materi rasisme yang berbeda-beda.
Pada adegan pertama, salah satu informan dalam penelitian ini berpendapat bahwa tidak seharusnya polisi bersikap seperti itu kepada penumpang berkulit hitam. Pada adegan kedua, informan berpendapat bahwa perbincangan yang terjadi merupakan hal yang biasa saja namun sebaiknya memilih topik lain.
Pada adegan ketiga, informan berpendapat bahwa tidak seharusnya dia bersikap memandang rendah dan berbicara orang yang berkulit hitam memiliki badan yang besar mengerikan. Pada adegan keempat, informan berpendapat bahwa tidak seharusnya mendapat perlakuan untuk membandingkan fisik orang kulit hitam dengan orang kulit putih.
Pada adegan kelima, informan berpendapat bahwa tidak seharusnya dirinya mendapat perlakuan untuk membandingkan fisik yang berbeda dengan orang berkulit putih. Pada adegan keenam, informan berpendapat bahwa tidak seharusnya berkata orang berkulit hitam itu keren.
Adegan ketujuh, informan berpendapat bahwa percakapan yang terjadi merupakan hal yang biasa karena pertanyaan tersebut hanya berasal dari rasa penasaran saja. Dengan demikian informan satu berada pada tipe pembacaan oppositional reading karena pendapat yang dikemukakannya tersebut tidak menyetujui terhadap makna rasisme yang digambarkan dalam film Get Out.
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan empat orang informan sebagai penyaji data bagi si penulis untuk kemudian diinterpretasikan. Jurnal ini juga dilengkapi dengan tabeltabel, yang memudahkan pembaca untuk memahaminya.
0 komentar