REVIEW BUKU HOW TO MASTER YOUR HABITS (FELIX SIAUW)


Gambar diambil dari google

Siauw, F. (2012). How to Master Your Habits. (Edisi Pertama). Jakarta: Alfatih Press.

 

Ada satu pertanyaan yang selalu menarik untuk dibahas bagi siapapun yang peduli pada proses pengembangan diri; “Mengapa satu orang bisa menguasai satu keahlian tertentu sementara yang lain tidak?” Lebih jauh lagi pertanyaannya berkembang menjadi, “Bagaimana seseorang bisa menguasai suatu keahlian?” How to Master Your Habits merupakan buku motivasi islam yang ditulis oleh Felix Siauw, seorang mualaf yang menggebrak pradigma bahwa seorang ustad hanya dilahirkan dari kalangan orang yang sudah terdidik sejak kecil untuk mengenal islam. Buku ini memuat tentang pola apa yang akan kita gunakan untuk membentuk habits kita, sama seperti Felix Siauw yang melatih habitsnya untuk menjadi master di bidang dakwah.

Dalam muqqadimah, Felix Siauw menjelaskan selama sepuluh tahun menjadi mualaf dan mendedikasikan hidupnya di jalan dakwah, dia menyaksikan ada yang benar-benar berhasil dalam dakwahnya, seolah-olah dia lahir dengan bakat untuk berdakwah. Namun, di lain pihak, ada pula pengemban dakwah yang pas-pasan, terkadang sulit membedakan apa ada pengaruh atau tidaknya dari pendakwah tersebut. Awalnya Felix Siauw berpikir bahwa motivasi merupakan jawaban untuk mengembangkan pengemban-pengemban dakwah, mengkader mereka dan membina mereka agar memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan dalam dakwah. Namun, ternyata beliau salah. Motivasi saja tidak cukup untuk membuat seseorang membuat seseorang memiliki keahlian-keahlian yang diperlukan dalam berdakwah. Dalam tataran perubahan pemikiran, motivasi memang luar biasa. Dalam sekejap pesimis bisa menjadi optimis. Namun, perlu dari sekedar emosi untuk membeli keahlian. Dari sanalah Felix Siauw mendapati bahwa motivasi hanya berpengaruh 11-35% dalam keahlian, sisanya ada di pembiasaan, pada habits.

Buku yang terdiri dari 163 halaman ini dimulai dengan menjelaskan tokoh-tokoh inspirator islam seperti Imam Asy Safii, pendiri mazhab safii yang sangat terkenal pada zamannya. Asy Syafii mampu menghapalkan Al-Quran pada saat umurnya belum genap 7 tahun. At-Thabari, seorang mampu menulis 40 lembar setiap hari dalam 40 tahun hidupnya. Khalid bin Walid yang memporak-porandakan Persia dan Romawi hanya dalam beberapa tahun saja. Dari sana, beliau mengajak kita untuk berpikir bahwa keahlian adalah hasil pilihan, lahitan dan pengulangan pilihan-pilihan yang telah dibuat. Lalu dilanjutkan dengan pengenalan habits. Felix Siauw mengatakan bahwa respons kita terhadap suatu kondisi tertentu, baik respons itu berupa pemikiran, perasaan, ataupun perbuatan, sesungguhnya berasal dari kebiasaan atau habits yang secara otomatis terjadi pada diri kita. Mulai dari berpikir, sikap mental, mood, cara makan, bersikap, berbicara, membaca, berbahasa, sampai pada kreativitas dan produktivitas, semuanya adalah habits. Dari semua itu muncul bahkan tanpa kita sadari, akibat pengulangan-pengulangan yang tidak kita sadari.

Beliau memaparkan habits menentukan berhasil tidaknya diri kita dalam hidup ini karena proses terbentuknya habits pada manusia terdiri dari thoughts, purposes, actions, habits, person alities. Kita harus memilih antara habits buruk dan habits baik yang akan kita tanam karena if you choose not to plant flower on your garden, then weeds will grow without encouragement or support. Dalam buku ini, beliau juga menekankan bahwa habits adalah hasil daripada pegulangan suatu aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Semakin banyak suatu aktivitas diulang dalam jangka waktu yang lama, maka habits akan semakin kuat. Walaupun pada manusia habits yang dipilihnya dipengaruhi oleh cara berpikir. Namun, dalam proses pembentukannya, peran akal tidaklah terlalu dominan. Faktor yang menentukan apakah kita akan memiliki habits hanya 2 hal, yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan), yang tentu saja dilakukan dalam rentang waktu tertentu. Jika diibaratkan bahwa habits adalah hasil keturunan, maka ayahnya adalah latihan dan ibunya adalah pengulangan. Mau dibalik juga boleh. Bilamana keduanya bertemu, pasti akan terbentuk habits pada diri manusia. Pengecualian akan kita bahas nanti. Practice atau latihan berfungsi untuk menentukan apakah aktivitas yang akan dilakukan sudah benar atau belum, tepat sasaran atau tidak. Sedangkan pengulangan akan menyempurnakannya. Practice makes right, repetition makes perfect. Sama seperti manajemen, practice adalah efektivitas dan repetition adalah efisiensi. Dalam seni bela diri misalnya, latihan diperlukan agar gerakan-gerakan bela diri dilakukan dengan benar, dengan teknik yang benar. Karena bila suatu aktivitas dilakukan secara keliru, maka keliru pula habits yang dibentuk, demikian sebaliknya. Yang sangat berpengaruh dalam pembentukan habits adalah pengulangan (repetisi), karena pengulangan aktivitaslah yang memberikan nyawa pada habits. Repetisi adalah kunci dalam membentuk habits. Habits menyerupai spiral yang tiada terputus, setiap repetisi akan memperkuat habits, dan habits yang kuat akan menuntut repetisi. Spiral ini akan terus-menerus berkembang tak terputus apabila terus dijaga.

Selanjutnya, Felix Siauw menjelaskan untuk mengubah dan menginstal suatu habits dalam diri kita diperlukan prinsip kelembaman (inersia) dam gaya dari luar (external force). Prinsip kelembaman (inersia) menyampaikan kepada kita bahwa suatu benda yang memiliki massa akan selalu cenderung untuk mempertahankan keadaan semula. Manusia pun sama-sama rentan terhadap perubahan dan cenderung untuk mempertahankan kondisi semula. Maka perlu gaya dari luar (external force) agar kondisi semula dapat berubah. Seringkali kita harus dipaksa melakukan aktivitas tertentu pada awalnya sebelum kita menikmatinya. Oleh karenanya, kita pun harus mendesain kondisi agar kita harus dan dipaksa melakukan aktivitas yang ingin kita jadikan habits. Apabila telah terbentuk, kita akan menikmatinya. Habits adalah membiasakan yang pada awalnya dilakukan secara sadar menjadi melakukan secara tidak sadar otomatisasi keahlian kita. Seorang ahli tidak menunggu keberuntungan, dia akan berusaha menciptakannya melalui upaya sadar melalui habits. Kurang lebih keberuntungan adalah hasil kali antara persiapan kita dan kesempatan. Yang pertama (persiapan) bagian yang dapat kita pilih, yang kedua (kesempatan) tidak dapat kita pilih. Felis Siauw mengingatkan bahwa dunia tidak adil, hanya ada dua jenis manusia yaitu The Outliers; Seseorang yang diingat dunia, yang bisa terlihat dari kerumunan, keluar dari garis biasa-biasa saja. Lalu, Out of Order; Seseorang yang tidak diingat dunia, yang biasa-biasa saja dan tertinggal waktu.

Menariknya, meskipun buku ini merupakan buku motivasi islam, Felix Siauw dengan piawai membuat pembacanya tertarik karena dari awal prolog, muqqadimah, beliau menggunakan kalimat dan perumpamaan yang tidak biasa, kalimatnya sangat fresh. Seperti misalnya; “Saya kenal dengan seseorang pengemban dakwah yang bukan pustakawan. Namun kecanduan membaca buku-buku sejarah Islam dan referensi Islam lainnya sebagaimana seorang Pottermania di depan buku Harry Potter. Tidak hanya itu, dia dapat menceritakan isinya selengkap cerita anak berusia 5 tahun yang menceritakan film Spongebob Squarepants.” Walaupun Felix Siauw banyak menyinggung dan menghubungkan habits dengan islam, pembaca tidak akan merasa digurui dan merasa bahwa ini adalah buku kolot yang hanya menjabarkan hadist-hadist Nabi, karena banyak sekali diterangkan ilustrasi-ilustrasi yang sangat relevan dengan kegiatan-kegiatan sehari-hari seperti ilustrasi menanam rumput, mengendarai motor, bahkan ada juga kisah-kisah tokoh luar negeri non-muslim yang disuguhkan untuk merangsang pemikiran kita agar termotivasi membentuk habits baik. Sederhananya, buku ini juga dapat dibaca oleh mereka yang bukan beragama islam, meskipun buku ini ditulis oleh tokoh islam.

Meskipun buku ini menarik karena disajikan dengan narasi seperti novel, sangat segar, provokatif, dan cocok untuk kalangan non-muslim, buku ini agak menyulitkan pembaca untuk mengelompokkan urutan-urutan penting dalam habits sendiri, karena penyajiannya seperti novel yang terdiri dari beberapa subjudul halaman, bukan dikelompokkan dalam suatu bab. Pembaca diharuskan membaca secara keseluruhan terlebih dahulu, baru bisa menyadari point penting dari awal sampai akhir daalam pembentukan habits.

Jika dibandingkan dengan buku motivasi islam yang mengusung tema yang sama, seperti buku karangan Dewi Futurusin yang berjudul Boost Your Islamic Habits, buku karangan Felix Siauw ini memupunyai design cover yang unik, lebih segar dan terkesan tidak menggurui, pembaca tidak merasakan narasi yang diulang-ulang selama membaca. Alhasil, pembaca tidak akan bosan, dan merasa bahwa buku ini adalah buku kajian atau buku non fiksi yang berat. Pembaca justru lebih berfokus dan berpikir dengan ilustrasi yang ditawarkan oleh Felix Siauw, melalui bagan-bagan ilustrasi dan pertanyaan-pertanyaan menohok hati. Sehingga lupa, bahwa buku ini adalah buku motivasi islam, seperti ketika membaca novel, lupa sudah halaman berpaa yang telah dibaca karena terlalu penasaran dengan jalan ceritanya. Tak heran, jika buku ini memenangkan  penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia for Penulis dan Buku Non-Fiksi Terfavorit & Sampul Buku Non-Fiksi Terfavorit (2012).


0 komentar