MASJID LESS WASTE; MENGAPA HARUS DIMULAI DARI MASJID?

Sumber: Instagram @hijabalila

Beberapa tahun terakhir, fenomena hijrah terus mendapat perhatian masyarakat, terutama kaum muda. Banyaknya kajian hijrah inovatif yang dihadirkan seperti Hijrah Festival, Kajian Pemuda Hijrah, mendorong kaum muda untuk berbondong-bondong meramaikan masjid. Kenaikan jumlah jamaah kajian terutama kaum muda yang bisa mencapai ribuan dalam setiap acara kajian, menghidupkan kembali lingkungan masjid, sehingga berbagai program masjid mulai dilakukan. Selain ajakan ‘Siapkan Infaq Terbaikmu, belakangan ini kajian hijrah ramai menambah ajakan baru dalam poster kajian mereka: “Bring Your Tumbler,” disertai tagar #kajianlesswaste, #masjidlesswaste.

Gerakan masjid less waste ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah plastik yang semakin parah. Menurut data wall street journal (2010), Indonesia merupakan negara penyumbang polusi laut terbesar kedua di dunia dari banyaknya sampah plastik yang mengalir ke laut. Selain berbahaya bagi biota laut, pada akhirnya sampah ini juga membahayakan manusia karena sumber makanan dari laut yang tercemar polusi plastik.

Sebenarnya gerakan peduli lingkungan ala #kajianlesswaste ini bukan kali pertama. Sudah banyak organisasi lingkungan yang melakukan kampanye sejenis untuk membawa botol minuman, tas kain, sedotan stainless, dan upaya pengurangan sampah plastik lainnya. Namun, yang membuat gerakan ini spesial karena pelopornya adalah tokoh agama yang berasal dari kelompok ustadz hijrah “Barisan Bangun Negeri” terdiri dari delapan penceramah populer di kalangan milenial, yaitu ustadz Abdul Somad, Ustadz Hanan Attaqi, Ustadz Felix Siauw, Ustadz Oemar Mita, Ustadz Oemar Mita, Ustad Salim A. Fillah, Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Luqmanul Haqim, Ustadz Habib Anies.

Memanfaatkan jamaah kajian yang didominasi oleh kaum muda, program ini telah berjalan di beberapa daerah seperti Bandung, dan Bintaro. Penggunaan tagar #masjidlesswaste juga sesuai dengan misi kelompok ustadz tersebut untuk menjadikan masjid sebagai pusat ilmu dan gerakan. Menariknya, kampanye #lesswaste ini memberi citra alternatif pada masjid yang selama ini hanya dikenal sebagai pusat kegiatan ritual menjadi pusat pergerakan sosial ekologis.

Dalam beberapa kajian, seperti ustadz Felix Siauw dan Hanan Attaqi sebelumnya seringkali  menggebor-geborkan bahwa masjid adalah jantung peradaban umat. Semua peradaban umat dimulai dari masjid. Fenomena hijrah yang membangkitkan semangat kaum muda merupakan jalan awal untuk membangun kembali jantung peradaban. Dengan adanya program masjid less waste, masjid tidak lagi hanya menjadi tempat ibadah yang hanya didatangi seminggu sekali atau hanya menjadi pusat kegiatan ritual, melainkan menjadi jantung peradaban seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW, yang segala kegiatan berpusat di masjid.

Masjid juga menjadi salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Masjid menjadi jantung umat, yang juga menjadi pilar kebangkitan umat. Sehingga semua program yang bertujuan untuk membawa perubahan baik itu secara sosial, eskologis, seperti gerakan masjid less waste akan lebih baik dimulai dari Masjid. Selain itu, masjid pula dapat menjadi mitra lembaga pendidikan dalam membentuk peradaban manusia.


0 komentar