Essay, Journal, Book, Movie
  • Home
  • Artikel
  • Cerpen
  • My Review
    • Review Buku
    • Review Novel
    • Review Film
    • Review Drama
  • Puisi
  • Essai
Kemarin malam, tepatnya sekitar jam 2 pagi, ketika saya lagi asyik menyulam, saya dapat kabar bahwa saudara sepupu saya meninggal. Beliau tergolong masih muda, belum menikah, sudah punya penghasilan sendiri, rumah sendiri, bahkan rela menafkahi kakak perempuannya, seorang janda yang mengidap penyakit syaraf. Mama saya langsung ke rumah sakit, menjemput jenazahnya. Sekitar jam 3 pagi, ketika jenazah sudah sampai di rumah duka, saya datang melayat. Saat itu yang dipikiran saya adalah kenapa belum ada yang membaca Yasin? Saya langsung duduk di samping jenazah bersama saudara sepupu saya yang lainnya, kami berlima membacakan Yasin untuk beliau. 

Setelah beberapa menit, saya selesai membaca Yasin, saudara-saudara saya yang selesai membaca, satu-persatu keluar. Duduk di teras, di bawah tenda. Saya sendiri di dalam, di samping jenazah beliau. 

Satu yang ada dalam pikiran saya saat itu:

“Ketika saya meninggal nanti, apakah keadaan juga akan seperti ini? Orang membaca yasin setelah itu pergi, keluar, lama belum ada yang datang bergantian lagi, malah penuh duduk berkumpul di tenda.”

Saya pun lantas lanjut membacakan doa lagi. Entah berapa kali saya membacakan doa. Saya hanya berpikir bahwa ketika saya meninggal nanti, saya ingin ada orang yang selalu, terus-menerus di samping saya, melantunkan doa. 

Menjelang subuh, lampu tiba-tiba padam. Saya tetap membacakan doa melalui ponsel, tak beranjak dari tempat saya semula. Orang yang datang untuk melayat pun belum ada, belum ada yang mengaji lagi. Di luar masih penuh ibu-ibu dan saudara laki-laki, duduk di bawah tenda.

Saya menangis. 

Yaa Rabb, Bagaimana saya ketika meninggal nanti? 

Apakah sama seperti ini? Jenazah bahkan belum dikubur, tetapi sudah merasakan gelap gulita, belum ada yang melayat lagi, sepi.

Saya masih terus melantunkan doa. Berharap ketika saya meninggal nanti, ketika lampu padam, akan ada orang di samping saya yang membacakan ayat suci, doa kepada saya. Bukan sunyi dan gelap yang harus saya terima, bahkan sebelum liang kubur menjadi rumah saya. 

Saya melantunkan doa dengan sedikit kencang, tenggorokan rasanya tercekat, menahan tangis. 

Saya punya sahabat, seperti saudara kandung. Apa saja kami ceritakan. Pernah dia bilang seperti ini:

“Nanti kalau lu nikah, trus gue gak dateng kira-kira lu sedih gak?”

Lalu, saya menjawab:

“Sedih sih, tapi gak apa-apa. Yang penting kalau gue meninggal, lu harus datang melayat, nemenin gue, nganter gue sampe kubur. Udah itu aja.”

Dengan entengnya, dia jawab:

“Iya, InsyaAllah ya, kalau gue gak meninggal duluan. Umurkan gak ada yang tau, kalau gue meninggal duluan, lu harus dateng juga, ya nememin gue, nganterin gue sampe kubur.”

Jujur, saya menangis. Kami sering membicarakan hal seperti ini. Saya masih ingat percakapan saya melalui whatsapp dengannya saat itu. Dia tiba-tiba bilang:

“Nanti kalau lu masuk surga, trus lu nyari gue gak ada, lu panggil gue ya.”

“Iya lah, masa gue gak mau kumpul sama lu di Surga. Tapi kalau lu yang masuk surga, trus gue gak ada, lu juga bakalan nyari gue kan? Manggil gue?"

“Iyalah.”

Benar ya, kalau kita sayang sama orang, kita pasti ingin sekali bagaimanapun caranya, kita bisa kumpul sama mereka di surga. Bagaimana caranya kita berkumpul sama orang tua kita, saudara kita, sahabat kita di surga? 


Ketika saya mengajak mama saya belajar, ngaji. Saya bilang seperti ini ke mama:

“Mah, aku banyak dosa ya ma? aku rasanya masih kotor aja ma.” Saya menangis, tidur di pangkuan Mama.

“Kamu kan sudah rajin sholat, ngaji, kenapa masih ngomong kayak gtu? Gausah berlebihan.”

“Aku takut Mah, Aku takut Allah gak Ridho sama aku.” 

Mama saya diam saja saat itu. Lalu saya bilang:

“Mah, belajar ngaji yuk, emang mama gak mau kita ketemu, kumpul lagi di surga?”

“Iyaa, mama kan sekarang tiap satu pengajian terus sama Bu Haji.”

Gantian, saya yang diam. Saya berharap Mama saya mengerti dengan hidup untuk mendapatkan ridhonya Allah. 

Ya Rabb, lindungilah kami, berikanlah kami selalu petunjuk-Mu, dekatkan lah kami dengan orang-orang yang shaleh, orang-orang yang Kau cintai, orang-orang yang memanfaatkan dunia hanya untuk mendapatkan Ridho-Mu. Aamiin.

Memang, tak berarti benar semua 
yang diajarkan dari lisan dan tulisan tanganku
Aku yang menasihati bisa jadi salah atas apa
yang aku sampaikan

Pun yang dinasihati bisa jadi salah atas apa yang dilakukan
Maka ketika kita bisa jadi salah dalam menjalankan ketaatan
Kenapa tak bisa kita mencari jalan tengah sebagai jawaban?

Aku hanya ingin merangkul dalam kebaikan
Membantu dengan membawa cahaya kebenaran
Kemudian menyongsong kita bersama
di atas jalan ketaatan

Aku hadir di sini
Tuk merangkul kau agar kembali
Ke jalan Rabb kita yang tengah menanti
Sang hamba yang dikasihi agar kembali
Dalam dekapan rindu karena imani
Maka, maukah kau kembali?




Xkwavers Content Creator @mayang.as

Aku percaya surga itu ada
Tapi, mengapa aku malah mendambakan nikmat dunia,
yang tak ada apa-apanya dibandingkan surga?
Surga begitu indah di dalamnya
Begitu banyak orang yang mendambakannya
Bahkan mati-matian berjuang untuk mendapatkannya

Tapi, mengapa aku tertarik dengan mereka 
yang mengejar dunia?
Bukankah seharusnya aku berusaha kembali ke baris
pejuang surga?
Mengapa aku seolah lupa kalau dunia ini hanya
sementara?

Hey, aku ini hidup untuk siapa?
Tujuan hidupku apa?
Mengapa nikmat dunia begitu
membutakan mata?

Wahai diri,
Sadarlah, dan kembalilah pada tujuan
awalmu
Tahan dan buang jauh rasa irimu
Ingat perjuanganmu sampai ke titik ini
Banyak perjuangan yang kau lalui
Ingat Janji Allah
Dan kembalilah ke barisan pejuang surga
Mereka menantimu di sana




@marza_au Xkwavers Content Creator


Kali ini saya akan membahas tentang alasan saya kenapa sih saya sangat suka dengan sosok Tere Liye? Saya bukan anak remaja yang suka dengan Tere Liye hanya karena kata-katanya yang puitis di setiap bukunya.

Awal Mula Baca Buku Beliau

Awalnya saya tidak tahu dengan Tere Liye. Saya ingat sekali, novel pertama yang saya beli ketika saya bisa menghasilkan uang adalah novel Tere Liye yang berjudul 'Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah. Dari jaman SMP, saya memang hobi membaca tetapi tidak pernah membeli novel. Kebetulan saat SMP, banyak sekali teman saya yang mempunyai hobi membaca dan dari keluarga berada, sehingga koleksi buku, novel, dan majalahnya bisa saya pinjam dengan gratis.

Kembali ke topik awal, saya membeli buku 'Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah hanya karena beranggapan bahwa novelnya merupakan novel roman picisan. Tetapi saya salah besar. Di dalam novel tersebut bahkan tidak ada adegan pacarannya. Saya sempat malas dan tidak tertarik untuk lanjut membacanya. Karena waktu itu saya kos, dan suka susah tidur, sehingga mau tidak mau saya habiskan membaca buku itu. Di pertengahan bab, justru saya malah makin tertarik.

Jadilah setiap bulan saya selalu membeli novel-novel karangan beliau. Berlanjut dengan novel Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Bumi (Masih cover edisi cetakan pertama), Bulan, Matahari, Bintang, Pulang, Pergi. Hingga sekarang, setelah begitu canggih teknologi memudahkan kita membaca buku dengan gratis tanpa harus membeli buku cetak. Saya beli ebook, download PDF, atau membaca di aplikasi Ipusnas (perpustakaan nasional online). Total buku karangan beliau yang sudah saya baca saat ini adalah 17 judul. Masih banyak sih karya beliau yang belum saya baca.

Siapa sih Sosok Tere Liye

Karena semakin suka dengan setiap tulisan beliau yang saya baca, saya jadi penasaran, siapa sih Tere Liye ini? Searching di google, ketemulah nama aslinya, Darwis dan ternyata beliau juga orang Sumatera. Mampirlah saya ke fanpagenya Tere Liye di Facebook. Makin kagum lah saya dengan semua tulisan dan opininya di laman facebook tersebut.

Kenapa harus Tere Liye?

a. Tere Liye penulis yang merdeka

Mungkin bagi kalian yang beranggapan bahwa beliau ah biasa saja, ah tidak bisa dibandingkan dengan J.K Rowling atau Jane Austen. Menurut saya, dia lah satu-satunya penulis yang merdeka.
Dia dengan tegas dan lugas menyuarakan pendapatnya tentang kebobrokan pemerintah, murni tidak ada keterikatan dengan oknum atau kubu tertentu.

b. Selalu ada pelajaran hidup di setiap bukunya
     Setiap buku beliau yang saya baca, selalu ada pelajaran yang dapat kita ambil. Saya belajar banyak dan paham bahwa tulisan yang baik bukan hanya bersifat menghibur, tetapi juga insipratif. Awalnya yang hanya tertarik dengan novel roman, fantasi, sekarang justru kurang tertarik dengan novel yg romance total atau teenlit sekali.

c. Penulis yang visioner
     Saya merasa, setiap tulisan yang beliau buat, ada visi dibalik tulisannya. Misalnya ketika beliau membuat novel ayahku bukan pembohong, beliau mendekatkan pembaca untuk lebih menghargai dan mencintai Ayahnya, atau setelah membaca Hafalan sholat delisa, pembaca jadi lebih sadar untuk menyayangi ibunya, dan menerima takdir. Kau sepucuk angpao merah untuk belajar menghargai perempuan, belajar untuk ikhlas dan jujur dalam menjalani, hidup, dan lain sebagainya. Beliau seperti punya tujuan tersendiri, seperti "saya ingin membuat tulisan yang ketika dibaca, mereka akan bla bla bla." Atau, "Saya belum pernah membuat tulisan genre ini, saya ingin membuat genre ini tapi sekaligus bermanfaat untuk .... agar pembaca..."

Beliau juga penulis yang sangat produktif, setiap tahun mengeluarkan buku, dan sangat prihatin terhadap pendidikan moral bangsa, khususnya generasi sekarang, dan sangat kritis terhadap masalah yang menimpa bangsa, baik dari segi pendidikan, politik, ekonomi, sosial. Banyak sudut pandang yang beliau ambil, dalam menyuarakan kritik yang bersifat objektif.
Sampai sekarang, saya selalu menantikan tiap postingan beliau di fanpagenya.

Saya berharap, seperti beliau, setiap tulisan yang saya buat, bisa menjadi sarana dalam menebar benih kebaikan di tengah bobroknya moral bangsa.







Awalnya mencoba
Lama-lama jatuh cinta
Mulanya sekedar penyemangat
Lama-lama menjadi terikat

Segala tentangnya mulai dicari
Semua tentangnya dipahami
Semua tentangnya dipuja-puja
Rupanya, senyumnya, akhlaknya
Hingga benar dan salah menjadi abu-abu

Tanpa paham yang sejatinya dilakukan, tetap saja berdalih
Hingga mata, telinga, dan anggota tubuh tak lagi bertasbih
Memandang wajahnya,
Tersenyum dengan rayunya, tingkahnya
Lupa, hati ini hanya milik-Nya

Mata terbuka, tetapi buta
Telinga berfungsi, tetapi tuli
Tak sadar, hatinya telah ditutupi
dan dirinya menjadi manusia merugi

Semua berawal dari hanya
Hingga akhirnya,
keimanan menjadi tanda tanya.











#Terinspirasi dari xkwavers

Untuk para pengangguran yang hampir memenuhi jagat raya, untuk dirimu yang hanya merasa kau lah satu-satunya manusia yang diberi cobaan hidup. Dengan kata:

Mengapa?

Kenapa?

Kau menangis bak telenovela

Ini tidak adil ya Allah

Si fulan begini...

Si fulan sudah ini...

Si fulan bisa ini...

Si fulan hidupnya enak ya Allah...

Kok saya????

Tidak hanya ini.  Kalian bahkan bilang:

Untuk apa aku hidup ya Allah???

Dan terlintas lah 1 menit 2 detik untuk mengakhiri hidup, dengan lompat dari ketinggian atas tempat tidur. Teman-temanku, kita tuh lebih banyak marahnya sama Allah, di uji sedikit mengeluhnya banyak ,dikasih cobaan sedikit langsung update status, " Kenapa ya allah ???" (tidak lupa pula menyertakan emoji menangis).

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

(karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan)


إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

                (Sesungguhnya setelah kesulitan itu, ada kemudahan)

Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya, kita tuh menganggur bukan karena allah tidak sayang dengan kita bambaaaang. Allah tuh sayang, kitanya aja yang kurang usaha, terus dikit-dikit kesel sama Allah.

Ya...abis udah cari kerjaan masih aja belum diterima, udah capek-capek cari pas interview? 

            GAGAL!

Please, itu bukan alasan kita buat menyalahkan yang maha kuasa. Berbaik sangka lah pada Allah, mungkin aja memang di sana bukan rezeki kita, atau mungkin Allah sedang siapkan pekerjaan yang lebih baik buat kita, ada rezeki kita yang lebih bagus di tempat lain. Rezeki kan bukan anak yang bisa tertukar. Nanti kalau sudah dapet kerja, yakin masih inget Allah? kita kan suka kayak gitu. Sudah dikasih kerjaan enak, pas waktunya absen bilangnya, " Nanti dulu deh tanggung", " Kerjaain ini dulu deh" dan akhirnya dzuhur kesiangan, ashar kesorean, magrib ketelatan, isya kecapean.

Ter-untuk kawan-kawan yang masih belum dapat pekerjaan yuk jangan down, stress, jenuh, muak, bahkan halu itu cuma gejala ringan. Mengingat Allah, menghadirkan Allah di setiap hidup kita itu adalah obat. Jadi jangan lagi Tanya, "Kenapa?" coba deh ganti dengan " Ada apa?"

Oh ya mungkin hubungan kita sama Allah kurang baik kali ya

Oh iya salatnya

Oh iya baca Al-Quran nya

Oh iya amal nya,

Pokoknya aku harus husnudzan sama Allah

Lain kali kalau lagi down, aku coba update ibadah deh nggak usah update status.

Kenapa si nulisnya begini, fungsinya apa? 
berbagi pengalaman? Apa pengalaman pribadi?

Pada dasarnya setiap pengangguran yang lagi down punya feeling yang sama, setiap bangun tidur merasa nothing, merasa tertinggal, merasa rumput tetangga lebih bagus dari rumput kita, ya ujung-ujungnya kita nggak terima hidup orang lain lebih baik dari kita, padahal kenyataan sesungguhnya bukan seperti itu. Kita nih hanya lihat hidup orang lain dari sudut pandang kita aja, mereka juga punya proses, mereka juga pasti diuji, kita aja yang perasaan. Ternyata menganggur nggak cuma bikin gemuk lohh tapi iri hati. Nah untuk kamu yang sedang punya perasaan yang sama, daripada kita sibuk lihat hidup orang lain, sibuk mengeluh, sibuk menyalahkan Allah, yukk mulai sekarang husnudzan sama Allah. Kita belum dapet pekerjaan bukan karena kita males kok, gagal interview bukan karena kita nggak mampu kok, tapi karena Allah punya sesuatu yang lebih baik buat kita. La tahzan innallaha ma'ana.

Mengutip sedikit dari postingan orang lain untuk yang sudah bekerja jangan menganggap remeh yang belum bekerja.

lowongan kerjaan banyak kok masih belum kerja

Sama aja kayak bertanya sama orang yang mengidap sesak nafas

Oksigen banyak kok masih susah nafas.

              Semoga kegundahan ini bermanfaat ya, daripada menumpuk menjadi racun hati dan menyebar ke dalam pikiran, lebih baik dishare siapa tahu bermanfaat bagi yang baca J





Jakarta,  Agustus 2019

Diajeng .E.P


Pernah gak sih, kalian berada di titik NOL? Kita ilustrasikan kayak gini, kalian lagi down, mojok aja di kamar, tiduran sambil menghadap tembok, dan ada pemikiran yang terlintas di benak kalian. Hidup aku tuh buat apa sih? Aku tuh udah ngapain aja sih? Kok aku gak guna banget ya? Kok aku gini-gini aja ya? kok aku..  pokoknya seperti itu lah.

Aku pernah ngerasain berada di titik nol. Aku ngerasa kok hidup aku gini-gini aja ya, kerja buat makan-kuliah, kuliah buat kerja-makan. Apa sih yang sejatinya mesti aku lakuin dalam hidup biar gak ngerasa gini-gini aja? Tiap cerita yang aku baca aja pasti punya latar belakang masalah, usaha buat mencapai tujuan, ditengah jalan ada konflik yang menghalangi buat sampai tujuan, trus endingnya tergantung usaha yang udah dilakuin si tokoh utama. Aku jadi mikir, aku pastinya tokoh utama dalam kehidupan aku pribadi dong? Iya dong. Latar belakang aku hidup apa? Usaha apa yang bakal aku lakuin buat mencapai tujuan? Tujuan hidup aku apa ya?

Akhirnya, aku makin mikir, hidup aku ternyata selama ini hampa banget, kosong, Cuma ngikutin kata-kata klise yang biasa dipake sama cowok yang gak punya kepastian, “Jalanin aja dulu, liat gimana ke depannya aja nanti.”

Singkat cerita aku ngaji dan ketemulah sama yang namanya uqdatul kubra, yang dalam pengertian sederhananya adalah pertanyaan besar dan mendasar dalam kehidupan manusia. uqdatul kubra berisi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

Dari mana manusia berasal? Dari mana alam semesta dan kehidupan bermula?

Untuk apa manusia hidup? apa tujuan manusia diciptakan? begitu pula, untuk apa alam semesta dan kehidupan ada?

Ke mana manusia setelah mati? adakah kehidupan setelah mati? apakah alam semesta dan kehidupan akan berakhir? kalau iya bagaimana?

Ketemulah jawaban aku selama ini, manusia berasal dari tanah, alam semesta dan seisinya
diciptakan oleh Allah. Manusia berarti produk Allah, produk buatan Allah. Yang mana tiap produk ada tujuan penciptaannya. Tujuan manusia diciptakan yaitu untuk beribadah kepada Allah, gimana cara beribadah kepada Allah? Ada buku panduannya yaitu Al-Quran. Kita beli smartphone aja pasti dapet buku panduan, beli printer dapet buku panduan, supaya produk itu sendiri bisa berfungsi sesuai tujuan penciptaannya. Pertanyaannya sudahkah kita paham betul dengan tujuan hidup kita?

            Aku mikir lagi sih, tujuan hidup yah untuk beribadah katanya, berarti tujuan hidup aku ya biar sukses, bisa membahagiakan orang tua, trus dapet pahala, sama aja ibadah kan, berbakti kepada orang tua?

Tapi ternyata…

SALAH!

Beribadah kepada Allah yah berarti orientasi hidup kita ke akhirat bukan dunia. Mau sukses di dunia, punya pekerjaan tetap, gaji gede, rumah sendiri, mobil bagus buat modal nikah, nikah sama pasangan impian, punya anak, terus pengen anaknya lebih sukses dari dia, terus udah gitu aja? Itu sih BUDIN BANGET.  Budin apaan sih? BUDAK DUNIA wkwk

             Lalu orientasi hidup ke akhirat yang seperti apa? Yah tujuan kita beribadah kan untuk mendapatkan ridho Allah yang goalsnya adalah surga. Silahkan diisi sendiri usaha apa kira-kira yang harus kita lakukan supaya Allah Ridho dengan kita, dan kita mendapatkan tempatnya di surganya Allah.

             Misal kita analogikan begini, anggaplah kita sedang mudik dengan tujuan utamanya adalah ke kota Palembang. Apa yang harus kita siapkan agar sampai tujuan dengan selamat? Pertama-tama pasti kita cari panduan rutenya, kita pakai maps. Nah dalam kehidupan, Palembang adalah surga, dan maps adalah Al –Quran. Kita pasti cari-cari dong rute mana yang terdekat, dan gak kena macet di maps, kita siapin juga kendaraan terbaik yang nyaman, dan aman serta dapat dijangkau sesuai kemampuan. Kalau dalam kehidupan, anggaplah kendaraan terbaik kita adalah amalan terbaik kita selama di dunia, kita cari dan kita kerjakan amalan yang sekiranya kita mampu melakukannya tetapi tetap dalam koridor syariat.

              Setelah dapat mapsnya, kendaraannya, berangkatlah kita. Di tengah perjalanan pasti ada saja gangguannya, misalnya kita mudik menggunakan mobil pribadi. Di tengah perjalanan kita lapar, di situ ada rumah makan, behenti gak apa-apa. Kita isi tenaga kita buat melanjutkan perjalanan. Terus ada pom bensin, ya kita berhenti, isi bensin dulu, biar mobilnya nyampe dibawa ke Palembang. Begitu juga dalam hidup, ketika melakukan tindakan yang kita harapkan dapat menjadi amalan terbaik, kita manfaatkan sarana-sarana kehidupan untuk mendapatkan pahala yang lebih banyak,buat bahan bakar kita menuju surga. Misal sosial media ya ambil, kita gunakan, tapi gunakan untuk berdakwah atau minimal kita share postingan yang bermanfaat. Kita kuliah jurusan dokter, kita jadi dokter yah gunakan untuk tambahan pahala, selain bekerja karena ibadah, kita bisa memanfaatkan keahlian kita untuk menjadi relawan tenaga medis misalnya. Atau punya hobi nulis? Yah buat tulisan yang bermanfaat, misal buat cerita yang isinya bukan hanya menghibur tapi bagaimana supaya pembaca itu lebih paham dengan islam, dan setelah membaca tulisan kita jadi ingin lebih dekat dengan Allah. Jika sarana tersebut justru membuat kita lalai dan meemperlambat kita ke surga yah sebisa mungkin harus ditinggalkan.

              Begitupun dengan menikah. Memang sih tujuan kalian menikah untuk beribadah kepada allah, tapi harus jelas juga visi-misinya. Buatlah visi-misi pernikahan yang kira-kira gimana sih caranya supaya pernikahan kalian itu nanti menjadi jalan untuk mempercepat ke surganya Allah.

              Kalau seperti yang di atas tadi misal, nikah trus punya anak, ngumpulin duit supaya anak sekolah, supaya anak mendapatkan pendidikan terbaik yang harapannya kalau lulus jadi sarjana bahkan doctor, trus dapet penghasilan fantastis, biar masa tua nanti tinggal hidup enak nikmatin hasil jerih payah. Pas meninggal? Anak bisa ngasih kita surga gak? Yang kita punya di dunia bisa bawa kita ke surga gak?  Ya, gak bakalan bisa kalau orientasi kita masih ke dunia aja. Kalau seperti itu sih goalsnya hanya hidup di dunia bukan di akhirat. Sedangkan yang kita mau kan gimana caranya biar goalsnya hidup enak di dunia dan akhirat? Ubah orientasi hidup dulu.

              Menikah. Kita bisa mencari pasangan dengan cara yang diridhoi Allah, yaitu dengan tidak melanggar batasan-batasan pergaulan dalam islam, mengenal pasangan dengan cara ta’aruf, memilih pasangan yang bisa mendekatkan kita untuk mendapatkan surganya. Misal action plan kita ingin berdakwah lewat tulisan atau ranah sastra, cari pasangan yang paham dengan tujuan hidup  manusia sebenernya apa tadi, cari pasangan yang bisa mendukung kita dalam berdakwah, atau nilai tambah lagi kalau dia punya kemampuan dalam design, sehingga bisa berkolaburasi berdakwah bersama-sama dalam media sosial dengan membuat konten kreatif yang bersifat islami. Sepaham aja dulu deh dengan tujuan hidup kita itu ke akhirat bukan dunia. Maka sejatinya, pernikahan kalian akan aman.  Jika kalian laki-laki, kalian bisa mencari pasangan yang dapat mencetak generasi penerus islam, generasi pecinta Al-Qur’an, sehingga dapat melahirkan anak yang dapat mengantarkan kalian ke surga.

              Orang yang tujuan hidupnya hanya untuk mendapatkan ridho Allah, maka jangankan mengkhianati, menyakiti, apalagi mencelakai, berkata kasar saja dia akan berpikir dua kali, karena dia takut sekali Allah gak ridho sama perbuatannya. Dia akan membahagiakan kalian, bertanggung jawab dan menemani kalian, mendukung kalian yang semata-mata hanya dia lakukan sebagai salah satu sarana untuk mencapai surganya Allah.

              Jadi kesimpulannya, orang yang tujuan hidupnya hanya berorientasi ke dunia, dia juga mempunyai tujuan hidup versinya masing-masing, seperti tadi misalnya mau sukses, mau kaya, mau penghasilan gede, punya rumah bla bla. Nah orang seperti ini bisa dikategorikan sebagai orang yang tidak mempunyai tujuan hidup. Karena Sejatinya tujuan hidup manusia ya cuma satu, mendapatkan ridho Allah untuk meraih surgaNya. Tujuan hidup yang sesuai dengan kaidahNya, sesuai dengan takaran Al- Qur-an dan As-sunnah bukan sesuai versi kita masing-masing, karena inget, kita kan produknya Allah. Trus gak boleh kaya dong? Boleh aja, asal jadikan harta kalian sebagai sarana untuk mendapatkan pahala yang lebih banyak dan bisa mempercepat ke surga, dengan berinfaq misalnya, membangun masjid, dan lain sebagainya.

PR kita hari ini, sudahkah tujuan hidup kita berorientasi ke akhirat? Sudahkah kita memanfaatkan sarana yang ada di dunia untuk beribadah kepada Allah? Yuk dibuat deh action plan goals hidup enak di dunia dan akhirat kita dari sekarang, minimal dengan mengeshare tulisan ini hehe

Wassalamu’alaikum semoga bermanfaat ya :) 
               







Dulu, awal-awal boomingnya transjakarta, penumpang transjakarta duduknya tidak terpisah. Saya sendiri sempat merasakan bagaimana dihimpit dari depan dan belakang oleh penumpang laki-laki. Setelah adanya kasus pelecehan, maka diadakannya pemisah antara penumpang perempuan dan laki-laki. Begitupun dengan antriannya, antrian laki-laki dan perempuan juga dipisah. Sebagai wanita,  saya merasa bersyukur dan lebih nyaman dengan kondisi seperti ini. Lalu apa hubungannya dengan judul artikel ini?

Islam merupakan agama yang sangat fleksibel dan friendly sampai kapanpun, baik pada masa kejayaan islam bahkan sampai sekarang. Apa sih kompatibilitas itu? kalau kita googling maka kita akan mendapatkan pengertian bahwa kompatibilas adalah keadaan penyesuaian diri.

Kompatibilas islam dengan dunia modern dapat diartikan kesesuaian ajaran islam dengan perkembangan dunia saat ini. Relevan kah ajaran islam dengan dunia kita saat ini?

Well, kesesuaian ajaran islam dengan perkembangan islam dapat dilihat dari berbagai aspek. Untuk kali ini akan dibahas dari segi sosialnya.

Ilustrasi keadaan penumpang transjakarta menggambarkan dari segi sosial bahwa ajaran islam masih sangat relevan dan usefull bagi perkembangan dunia saat ini, ditambah dengan sistem transportasi yang kian maju. Kenapa?

Dalam islam, terdapat larangan melakukan ikhtilat. Apasih ikhtilat itu? Apa kaitannya dengan kasus transjakarta? Pelan-pelan ya..

Ikhtilat adalah larangan berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tanpa dibatasi oleh hijab dan tanpa adanya kepentingan syar'i. Hijab yang dimaksud merupakan pemisah antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan, kepentingan syar'i yang dimaksud adalah seperti kepentingan pendidikan (sekolah, belajar-mengajar), Perdagangan (Jual beli), Kesehatan (Berobat dan mengobati), dan jika kepentingannya itu menyangkut kepentingan ummat (misal, kegiatan bakti sosial).

Selain kepentingan di atas, kita sebagai muslim, dilarang bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya pemisah. Contoh pemisah itu apa sih? Misal, ketika kita ikut kajian di masjid, adanya area khusus perempuan dan laki-laki, atau dipasangnya hordeng sebagai pemisah.

kasus  pelecehan penumpang transjakarta bisa terjadi karena adanya ikhtilat tadi. Setelah diberlakukannya area khusus penumpang laki-laki dan perempuan, pelecehan dapat dihindarkan. Area khusus tadi merupakan hijab (pemisah). Terbukti kan kalau ajaran islam itu usefull di manapun dan sampai kapan pun. Ajaran islam sangat-sangat sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini.

Contoh lain dalam pergaulan misalnya, pernah tidak kita sebagai perempuan merasa dipandang murah hanya karena suka kumpul dan main sama laki-laki? Dulu waktu kuliah, sebelum paham batasan, saya suka kumpul dengan teman laki-laki, karena jurusan yang saya pilih  saat itu merupakan jurusan yang paling banyak diminati oleh kaum Adam, tidak heran jika di kelas, perempuannya cuma ada dua orang, paling banyak tiga orang. kalau ada tugas, kita ramai-ramai kerja kelompok di tempat nongkrong. Sempat dapat omongan yang kurang enak sama tetangga, dan teman karena mainnya dengan laki-laki. Teman laki-laki pun jadi lebih berani untuk mengajak bercanda, colak-colek (tepok bahu) ketika sedang mengobrol. Nah dari situ saya merasa kurang dihargai fitrahnya sebagai perempuan, saya mulai merasa lama-lama dianggap  sama oleh mereka.

Jika kita bisa menjaga batasan dengan menghindari ikhtilat, maka nilai kita sebagai wanita dalam pergaulan juga mahal, laki-laki segan untuk mengajak bercanda, bahkan colek-colek (maksudnya tepok-tepok bahu). Ibaratnya tuh kita seperti barang pajangan yang ditaruh di dalam kaca kalau di mall-mall. Pasti hati-hati ya kan takut kesenggol, mahal soalnya.

Nah, di atas tadi baru dalam segi sosial pergaulannya saja. Masih banyak contoh kompatibilitas islam dengan dunia saat ini, contoh dalam aspek lainnya akan dibahas minggu depan, insyaAllah :)












Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

I'm one of those who believe that there is no friend as loyal as a book.

Blog Archive

  • ►  2021 (1)
    • ►  Juli (1)
  • ►  2020 (15)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
    • ►  Juli (8)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (2)
  • ▼  2019 (8)
    • ▼  November (1)
      • Sungguh, Saya Takut
    • ►  September (4)
      • Maukah Kau Kembali?
      • Kembalilah
      • Kenapa Harus Tere Liye?
      • Tanda Tanya
    • ►  Juli (3)
      • Dear Gundah dan Gulana
      • Gak Punya Tujuan = Punya Tujuan Versi Masing-Masing
      • Kompatibilitas Islam Dengan Dunia Modern Part I (S...
  • ►  2018 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2017 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2016 (1)
    • ►  November (1)
  • ►  2015 (1)
    • ►  November (1)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates