Kompatibilitas Islam Dengan Dunia Modern Part I (Segi sosial)

Dulu, awal-awal boomingnya transjakarta, penumpang transjakarta duduknya tidak terpisah. Saya sendiri sempat merasakan bagaimana dihimpit dari depan dan belakang oleh penumpang laki-laki. Setelah adanya kasus pelecehan, maka diadakannya pemisah antara penumpang perempuan dan laki-laki. Begitupun dengan antriannya, antrian laki-laki dan perempuan juga dipisah. Sebagai wanita,  saya merasa bersyukur dan lebih nyaman dengan kondisi seperti ini. Lalu apa hubungannya dengan judul artikel ini?

Islam merupakan agama yang sangat fleksibel dan friendly sampai kapanpun, baik pada masa kejayaan islam bahkan sampai sekarang. Apa sih kompatibilitas itu? kalau kita googling maka kita akan mendapatkan pengertian bahwa kompatibilas adalah keadaan penyesuaian diri.

Kompatibilas islam dengan dunia modern dapat diartikan kesesuaian ajaran islam dengan perkembangan dunia saat ini. Relevan kah ajaran islam dengan dunia kita saat ini?

Well, kesesuaian ajaran islam dengan perkembangan islam dapat dilihat dari berbagai aspek. Untuk kali ini akan dibahas dari segi sosialnya.

Ilustrasi keadaan penumpang transjakarta menggambarkan dari segi sosial bahwa ajaran islam masih sangat relevan dan usefull bagi perkembangan dunia saat ini, ditambah dengan sistem transportasi yang kian maju. Kenapa?

Dalam islam, terdapat larangan melakukan ikhtilat. Apasih ikhtilat itu? Apa kaitannya dengan kasus transjakarta? Pelan-pelan ya..

Ikhtilat adalah larangan berkumpulnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom tanpa dibatasi oleh hijab dan tanpa adanya kepentingan syar'i. Hijab yang dimaksud merupakan pemisah antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan, kepentingan syar'i yang dimaksud adalah seperti kepentingan pendidikan (sekolah, belajar-mengajar), Perdagangan (Jual beli), Kesehatan (Berobat dan mengobati), dan jika kepentingannya itu menyangkut kepentingan ummat (misal, kegiatan bakti sosial).

Selain kepentingan di atas, kita sebagai muslim, dilarang bercampur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya pemisah. Contoh pemisah itu apa sih? Misal, ketika kita ikut kajian di masjid, adanya area khusus perempuan dan laki-laki, atau dipasangnya hordeng sebagai pemisah.

kasus  pelecehan penumpang transjakarta bisa terjadi karena adanya ikhtilat tadi. Setelah diberlakukannya area khusus penumpang laki-laki dan perempuan, pelecehan dapat dihindarkan. Area khusus tadi merupakan hijab (pemisah). Terbukti kan kalau ajaran islam itu usefull di manapun dan sampai kapan pun. Ajaran islam sangat-sangat sesuai dengan kemajuan teknologi saat ini.

Contoh lain dalam pergaulan misalnya, pernah tidak kita sebagai perempuan merasa dipandang murah hanya karena suka kumpul dan main sama laki-laki? Dulu waktu kuliah, sebelum paham batasan, saya suka kumpul dengan teman laki-laki, karena jurusan yang saya pilih  saat itu merupakan jurusan yang paling banyak diminati oleh kaum Adam, tidak heran jika di kelas, perempuannya cuma ada dua orang, paling banyak tiga orang. kalau ada tugas, kita ramai-ramai kerja kelompok di tempat nongkrong. Sempat dapat omongan yang kurang enak sama tetangga, dan teman karena mainnya dengan laki-laki. Teman laki-laki pun jadi lebih berani untuk mengajak bercanda, colak-colek (tepok bahu) ketika sedang mengobrol. Nah dari situ saya merasa kurang dihargai fitrahnya sebagai perempuan, saya mulai merasa lama-lama dianggap  sama oleh mereka.

Jika kita bisa menjaga batasan dengan menghindari ikhtilat, maka nilai kita sebagai wanita dalam pergaulan juga mahal, laki-laki segan untuk mengajak bercanda, bahkan colek-colek (maksudnya tepok-tepok bahu). Ibaratnya tuh kita seperti barang pajangan yang ditaruh di dalam kaca kalau di mall-mall. Pasti hati-hati ya kan takut kesenggol, mahal soalnya.

Nah, di atas tadi baru dalam segi sosial pergaulannya saja. Masih banyak contoh kompatibilitas islam dengan dunia saat ini, contoh dalam aspek lainnya akan dibahas minggu depan, insyaAllah :)












0 komentar