Waktu kecil, aku sering berkhayal bagaimana aku besar nanti? Masih tergambar jelas di ingatanku. Aku digandeng mama dan uwak ke bangunan warna-warni yang disebut taman kanak-kanak. Katanya, aku harus sekolah. Saat mau masuk taman kanak-kanak aku kabur dan nangis, merengek tidak mau sekolah menggunakan seragam kotak-kotak berwarna kuning.
"Aku mau seperti juju' aku gak mau sekolah."
Aku memanggil tanteku yang paling muda dengan sebutan juju' (panggilan khas Palembang). Juju' yang kala itu terlihat elok mengenakan seragam putih abu-abunya. Begitu cantik dan mempesona anak kecil seusiaku.
Sekarang, aku tertawa jika mengingat kekonyolanku dulu. Aku gadis kecil yang lugu, yang hanya tahu aku punya mama yang selalu membuatkan nasi goreng ketika mati lampu, uwak yang selalu membelikanku gula puan setiap pulang dari pasar (mungkin gula puan sekarang jadi jajanan yang langka) dan papa yang hanya pulang ke rumah dua bulan sekali karena harus berlayar ke pulau seberang. Oh ya satu lagi, kakak yang selalu rebutan gula puan denganku. Aku sukaaa sekali gula puan, sejenis jajanan yang terbuat dari susu kerbau dan gula merah. Sekarang sulit sekali mendapatkannya, yang menjualnya pun nyaris tidak ada. Bahkan, anak zaman sekarang mungkin ada yang tidak tahu apa itu gula puan.
Aku rindu, rindu sekali masa kecilku. Rindu keluargaku yang utuh, rindu papa yang selalu membawakan bandana setiap pulang, dan aku dengan mata berbinar memasang bandana itu di kepalaku yang nyaris botak. Kalian mungkin tidak percaya tapi rambutku baru tumbuh setengah lebat ketika berusia 7 tahun. Sebelumnya, aku hampir saja dipaksa memakai rambut palsu oleh mamangku (paman).
Aku rindu mama yang bahagia menunggu papa pulang, mama yang mengomeli kakak karena belum bisa lancar mengeja huruf padahal sudah kelas 2 SD. Aku yang seharusnya sudah di taman kanak-kanak malah asik mengikuti juju' berpergian, mengekor di belakang juju'. Ayolah aku hanya anak kecil yang mengidolakan juju' karena memakai seragam putih abu-abu yang terlihat keren.
Aku rindu pikiran polosku
Aku rindu kehidupan masa kecilku yang ringan
aku rindu diriku yang belum berdosa
"Aku mau seperti juju' aku gak mau sekolah."
Aku memanggil tanteku yang paling muda dengan sebutan juju' (panggilan khas Palembang). Juju' yang kala itu terlihat elok mengenakan seragam putih abu-abunya. Begitu cantik dan mempesona anak kecil seusiaku.
Sekarang, aku tertawa jika mengingat kekonyolanku dulu. Aku gadis kecil yang lugu, yang hanya tahu aku punya mama yang selalu membuatkan nasi goreng ketika mati lampu, uwak yang selalu membelikanku gula puan setiap pulang dari pasar (mungkin gula puan sekarang jadi jajanan yang langka) dan papa yang hanya pulang ke rumah dua bulan sekali karena harus berlayar ke pulau seberang. Oh ya satu lagi, kakak yang selalu rebutan gula puan denganku. Aku sukaaa sekali gula puan, sejenis jajanan yang terbuat dari susu kerbau dan gula merah. Sekarang sulit sekali mendapatkannya, yang menjualnya pun nyaris tidak ada. Bahkan, anak zaman sekarang mungkin ada yang tidak tahu apa itu gula puan.
Aku rindu, rindu sekali masa kecilku. Rindu keluargaku yang utuh, rindu papa yang selalu membawakan bandana setiap pulang, dan aku dengan mata berbinar memasang bandana itu di kepalaku yang nyaris botak. Kalian mungkin tidak percaya tapi rambutku baru tumbuh setengah lebat ketika berusia 7 tahun. Sebelumnya, aku hampir saja dipaksa memakai rambut palsu oleh mamangku (paman).
Aku rindu mama yang bahagia menunggu papa pulang, mama yang mengomeli kakak karena belum bisa lancar mengeja huruf padahal sudah kelas 2 SD. Aku yang seharusnya sudah di taman kanak-kanak malah asik mengikuti juju' berpergian, mengekor di belakang juju'. Ayolah aku hanya anak kecil yang mengidolakan juju' karena memakai seragam putih abu-abu yang terlihat keren.
Aku rindu pikiran polosku
Aku rindu kehidupan masa kecilku yang ringan
aku rindu diriku yang belum berdosa
0 komentar