Indonesia Selama Pandemi dalam Pertunjukkan Teater Tabur Berjudul Sademi

  PENDAHULUAN

Ada beberapa teater yang menyelenggarakan pementasan mengusung tema pandemi, salah satunya adalah Teater Buruh Tangerang yang disingkat Tabur. Teater Tabur adalah kelompok teater yang didirikan oleh para pekerja pendatang di Kota Tangerang pada tahun 1993. Teater Tabur didukung oleh Biro Pelayanan Buruh Lembaga Daya Darma dan dilatih oleh FX Igor Margono. Teater Tabur didirikan bukan untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai media komunikasi dan perjuangan untuk memberikan penyadaran tentang kemanusian dan keadilan, pada semua pihak yang terkait dalam dunia perburuhan.

Sejak didirikan, Teater Tabur telah mementaskan lebih dari 20 naskah di beberapa tempat. Seperti di Tangerang (Balada Hari Jadi-1993; Bandung Bondowoso-1993; Suara-suara-1994; Impian Di Antara Cerobong Asap Pabrik-1995), Bali (Bag-big-bug-1997), Taman Budaya Surakarta (Romen-1998; Dibawah Ombak-1999), Yogya & Surabaya (Jalan Tanpa Batas-2000), Taman Ismail Marzuki Jkt, UIN Ciputat (Bolong-2005), GOR Tangerang, GOR Padjajaran Bandung (Di Ujung Liang PHK-2008), Goethe House Jkt (Tembang Malam Ranting Kering (2009). Tabur juga beberapa kali pentas di jalanan, di depan Pabrik Tutup di Balaraja (Romen2-2002), di halaman gedung Depnaker Pusat (musikalisasi Puisi-2002), dan di Bunderan HI (Happening Art-2005-2009).

Terinspirasi dari fenomena Covid-19, Teater Tabur menyelenggarakan pementasan yang berjudul Sademi (Situasi Pandemi). Pementasan tersebut ditayangkan pada akun Youtube Lembaga Daya Dharma pada tanggal 1 Mei 2021, berdurasi 23 menit 22 detik. Pementasan tersebut menampilkan celotehan para buruh yang terkena dampak pandemi. Bagaimana pandemi dari sudut pandang para buruh.

Analisis pertunjukkan teater selain diperlukan untuk menghargai karya seni, juga diperlukan untuk memaknai dan menjabarkan bagaimana situasi kondisi kelompok masyarakat tertentu pada masa tertentu, yang diharapkan dapat memberikan gambaran solusi atas permasalahan yang dialami kelompok masyarat tertentu tersebut.

Dalam menganalisis pementasan teater Tabur yang berjudul Sademi ini, diharapkan dapat memberikan gambaran Indonesia selama masa pandemi. Bagaimana dampak pandemi di Indonesia dan bagaimana masyarakat mengatasainya.

Penelitian ini diharapkan dapat menjabarkan gambaran situasi di Indonesia selama pandemi dan bagaimana cara masyarakat dalam mengatasinya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran solusi yang dapat digunakan sebagai usulan dalam menentukan kebijakan terkait pensejahterakan para buruh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      Banyak Pabrik yang Ditutup

 

Pada Teater Tabur yang berjudul Sademi ini, terdapat seorang wanita yang mulai bernyanyi diikuti pemain lainnya. Ada beberapa kalimat dalam nyanyian tersebut menyiratkan kondisi sektor Industri di Indonesia selama Pandemi, sebagai berikut:

 

Sirine pabrik tak lagi meraung

Mesin produksi tak bersuara

Corona datang tanpa tanda

Pada syair lagu di atas dapat dimaknai bahwa pabrik sudah tidak berproduksi lagi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 ini. Hal tersebut merupakan gambaran dari keadaan Indonesia di sektor Industri. Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Atong Soekirman mengungkapkan rata-rata utilitas Industri sebelum pandemi sekitar 75-80%. Setelah pandemi, terdapat 19 utilitas industry yang terdampak, bahkan penurunannya sampai ada yang di bawah 50%. Atong Soekirman menyebutkan, utilitas industri makanan turun dari 78% menjadi 50%, minuman dari 77% menjadi 45%, pengolahan tembakau turun dari 65% menjadi 50%, tekstil 72% menjadi 30%, dan industri pakaian merosot dari 84% menjadi 30%. Kemudian, utilitas di industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki turun dari 80% menjadi 40%, kayu dan barang dari kayu dari 73% menjadi 40%, kertas dan barang dari kertas turun dari 76% menjadi 50%, dan pencetakan dan reproduksi media rekaman dari 74% menjadi 40% (Aria, 2020).

Pada dialog pemain 1 dan 2 anonim terdapat kalimat yang menyinggung pengusaha soal penutupan pabrik, sebagai berikut:

“Juragan itu dengan kekuatan modal dan asset bisa mengerahkan para konsultan dan para ahli supaya mencari peluang usaha baru selain usaha yang selama ini dijalani. Ingat, pandemi ini memang banyak membuat usaha berhenti, tapi kana da peluang usaha baru yang muncul gara-gara pandemi”

Kata juragan pada dialog di atas ditujukan kepada para pengusaha yang mempunyai pabrik dan terdampak krisis akibat pandemi. Makna dari dialog di atas adalah diharapkan pengusaha atau pemilik pabrik dapat melewati krisis ini dengan mencari peluang usaha baru yang muncul karena pandemi, tidak pasrah dengan keadaan dan mampu beradaptasi melawan krisis. Sehingga ultilitas Industri diharapkan dapat meningkat.

 

2.      Buruh Dipecat Tanpa Pesangon

Terdapat dialog pemain 1 anonim yang menyiratkan keprihatinannya terhadap pekerja atau buruh yang terkena dampak selama pandemi.

          Dapat dibuktikan dengan dialog sebagai berikut:

                   “Aduh aku prihatin, gara-gara corona, banyak orang yang kehilangan penghasilan, banyak pekerja kehilangan pekerjaan.”

          Lalu muncul pemain 2 anonim yang menegaskan banyak karyawan atau buruh yang terkena PHK tanpa diberi pesangon karena ditutupnya pabrik.

          Dapat dibuktikan dengan dialog sebagai berikut:

“Itulah korban dari sebagian juragan yang tidak bertanggung jawab. Habis manis sepah dibuang. Karyawan sudah bekerja puluhan tahun, kena pandemic langsung tutup pabrik, tanpa pesangon, tanpa kabar.”

Berdasarkan dialog pemain 1 dan 2 tersebut, dapat dimaknai bahwa para buruh pabrik terkena PHK tanpa diberi pesangon akibat pandemi. Pabrik pun tak mentolerir meskipun buruh tersebut telah bekerja selama puluhan tahun dengan alasan pabrik akan ditutup.

Hal tersebut merupakan gambaran dari nasib para pekerja dan buruh di Indonesia selama pandemi. Banyak pekerja dan buruh yang mengalami pemberhentian hak kerja (PHK) dikarenakan terjadinya penurunan di sektor Industri. Berdasarkan data Kemnaker per 7 April 2020, dampak pandemi Covid-19, sektor formal yang dirumahkan dan di-PHK sebanyak 39.977 perusahaan dan jumlah pekerja/buruh/tenaga kerja sebanyak 1.010.579 orang.  Rinciannya yakni pekerja formal dirumahkan  sebanyak 873.090 pekerja/buruh dari 17.224 perusahaan dan di-PHK sebanyak 137.489  pekerja/buruh dari 22.753 perusahaan.
Sementara jumlah perusahaan dan tenaga kerja terdampak di sektor informal  sebanyak 34.453 perusahaan dan jumlah pekerjanya sebanyak 189.452 orang (Kemnaker, 2020).

Terdapat juga dialog pemain 1 dan 2 yang menyinggung langkah yang seharusnya diambil pengusaha dalam melakukan PHK kepada karyawannya sebagai berikut:

“Selama ini pemerintah sudah memberikan angin surga kepada jurangan…”

“Seharusnya para juragan mengalirkan hawa Nirwana itu kepada para pekerja  bukan malah menyemburkan api Neraka”

“Virus tak kasat mata, tapi kita malah banyak yang lupa protes atas nasib tapi melupakan nasib yang lain.”

Dialog di atas dapat dimaknai bahwa pemerintah sudah memberikan bantuan kepada pengusaha agar dapat bertahan selama pandemi, sehingga para pekerja tidak mengalami PHK. Dengan bantuan pemerintah tersebut, pengusaha diharapkan bukan hanya memikirkan nasib perusahaannya saja melainkan kesejahteraan para pekerjanya. Sehingga semua lapisan masyarakat baik itu pekerja maupun pengusaha dapat melewati krisis selama pandemi ini.

 

3.      Masyarakat Dilanda Kebingungan dan Kecemasan

 

Terdapat arah panah menuju Nirwana dan Neraka pada latar pementasan tersebut. Para pemain digambarkan akan menuju ke arah Nirwana, tetapi tidak lama kemudian salah satu pemain tersebut menjatuhkan arah panah itu dan membuat arah Nirwana dan Neraka tertukar arah. Para pemain digambarkan kebingungan ke mana arah Nirwana, apakah ke kiri atau ke kanan? Karena menjadi tidak pasti.

 

Tanda panah Nirwana dan Neraka dapat dilihat dari gambar berikut:

 Lalu terdapat dialog yang menegaskan kebingungan dan situasi tidak pasti yang dialami para pemain sebagai berikut:

 

“Arah mana yang harus kita tempuh?

Kita ingin menuju arah keselamatan, yaitu Nirwana

Di sana kita pasti menemukan kedamaian

Karena di sini yang ada hanya ketidakpastian

Hanya kecemasan dan ketakutan”

Dialog di atas dapat dimaknai bahwa pemain hanya ingin mencari jalan untuk selamat, tidak ingin terjebak dalam kecemasan dan ketakutan akibat pandemi yang melanda.

Dialog di atas juga menggambarkan keadaan psikologi masyarakat Indonesia selama pandemi Covid-19 ini. Banyak masyarakat yang cemas dan takut kapan pandemi akan berakhir, karena keadaan di Indonesia semakin tidak menentu. Ekonomi menurun, Industri menurun, ditambah tidak adanya pekerjaan atau penghasilan. Sudah memasuki tahun 2021,

Namun pandemi Covid-19 belum kunjung berakhir di Indonesia.

 

Sejak awal kemunculannya, tidak ada kepastian mengenai kapan pandemi ini akan berakhir, dan ini berimplikasi pada ketidakpastian di hampir semua area kehidupan kita, mulai dari pekerjaan, pendidikan, relasi sosial, dan lainnya. Penelitian yang dilakukan dalam konteks pandemi tahun 2020 oleh Hannah Rettie dan Jo Daniels, dan dipublikasikan dalam jurnal American Psychologist, menyebut bahwa orang-orang yang kurang toleran terhadap ketidakpastian cenderung lebih mudah merasa tertekan secara psikologis, terutama jika memiliki coping (pendekatan menghadapi tekanan psikologis) yang kurang adaptif. Contoh dari coping yang kurang adaptif adalah terus-menerus berusaha melarikan diri dari masalah atau situasi yang tidak menyenangkan. Hasil penelitian tersebut memberikan informasi yang sangat berharga bahwa meningkatkan toleransi atas ketidakpastian, dibarengi dengan melakukan coping yang adaptif dapat membantu pengelolaan kesehatan mental selama pandemi Covid-19. Ketidakpastian adalah kondisi yang tidak bisa dihindarkan dan hadir satu paket dengan pandemi.  (Arjadi, 2021).

 

Tekanan psikologis yang dialami masyarakat akibat ketidakpastian ini, hanya bisa dipecahkan jika kita sama-sama toleran terhadap nasib yang lainnya, sama-sama menguatkan, bukan egois mementingkan nasib sendiri. Hal tersebut juga ditegaskan dalam dialog pemain sebagai berikut:

 

               “Situasi seperti ini mau tidak mau harus kita hadapi bersama…”

  

“Kita bisa lewati situasi ini dengan kebersamaan”

 

Makna dialog di atas adalah kita harus hadapi situasi pandemi ini bersama-sama dengan saling menguatkan satu sama lain agar tidak terjebak dalam kecemasan, ketakutan dan ketidakpastian hingga akhirnya bisa selamat bersama dari virus Covid-19 ini.

 

SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dismpulkan bahwa representasi Indonesia selama pandemi adalah banyaknya pabrik yang ditutup karena menurunnya utilitas industri di Indonesia. Buruh atau pekerja banyak yang terkena PHK tanpa diberi pesangon, serta masyarakat yang dilanda kecemasan dan ketidakpastian akibat pandemi yang belum juga berakhir. Dari pementasan Teater Tabur yang berjudul Sademi tersebut juga terdapat harapan terhadap para pengusaha untuk memanfaatkan bantuan dari pemerintah semaksimal mungkin atau mencari peluang usaha baru agar dapat terus bertahan sehingga utilitas industri akan meningkat dan para pekerja tidak terkena PHK. Dengan begitu secara tidak langsung kita dapat bersama-sama menghadapi pandemi ini dan efeknya kecemasan masyarakat akan berkurang.

 

0 komentar